“Hoaaahhmm… I think I slept like a baby. I didn’t even realize you were snoring…were you?” sapa saya masih setengah ngantuk dan sambil mengucek mata, mencoba mengumpulkan segenap nyawa saya yang sebelumnya berkelana kemana-mana. Saya masih enggan untuk beranjak dari balik selimut yang hangat. Di luar salju turun kembali namun matahari bersinar cukup terang. Semoga hari in cuaca bersahabat.
“Hahaha…you did really sleep like a baby then. So what dyou
guys plan to do today?” tanya Rita sambil menghirup kopi hitam dari cangkirnya.
Saya dan Indah tersenyum penuh arti.
Agenda saya dan Indah hari itu sudah pasti sangat padat
(taelah! Gaya benerrr!). Buat saya pribadi, Rovaniemi adalah salah satu highlight
dari seluruh Scandinavia + Moscow trip ini. Several excited plans were just
about to begin! Ahay!
Setelah mandi dan sarapan, saya dan Indah dengan diantar
oleh Esther bergegas menuju markas “Lapland Safaries” di tengah kota. Kami
berjalan kaki di atas tebalnya salju dan dinginnya udara, namun dengan sinar
matahari yang terlihat cukup rendah, sangat berbeda dengan matahari yang biasa
saya lihat berada di atas kepala. Matahari di Rovaniemi terletak hanya sekitar
45 derajat, mungkin karena letak kota ini yang dekat dengan kutub utara. Rumah
Esther terletak tidak jauh dari stasiun, sekitar 20 menit berjalan kaki ke
tengah kota.
Tiba di Lapland Safaries, kami nyaris ketinggalanl
rombongan. Iya sih, salah saya juga, terlalu mepet berangkatnya dan terlalu
menggampangkan karena berpikir kota ini kota kecil, pasti deketlah kemana-mana.
Itupun untung ada Esther yang menunjukkan jalan pintas.
Meet “Badrun” the
not-so-red nose reindeer
Tiba di “Lapland Safaries”, kami diminta mengenakan pakaian
khusus, sebuah overall, kaus kaki
tebal dan sepatu booth dengan sol cukup tebal,
sementara sarung tangan dan topi kupluk tetap dipakai. Cukup hangat. Setelah
itu, kami berangkat menuju peternakan rusa dengan mini van, yang berjarak
sekitar 15 menit, ngga begitu ingat persisnya. Peternakan ini terletak di
pinggir kota dan jauh dari peradaban. Begitu tiba, saya lihat ada sekitar 10 rusa
yang sudah siap terikat dengan kereta kayu di belakangnya. Reindeer farm |
Beberapa kali, saya dan Indah berkomentar “Ndah, ini beneran ya, kita beneran liburannya yah….” Atau “Cid, ini kok kayak mimpi ya, ini beneran kayak di film ya…” Hahahaha…juara deh noraknya! Biareeeennn….
Oiya, karena kereta ditarik beriringan dengan jarak
berdekatan, posisi rusa di belakang kami berada cukup dekat dengan kepala dan
muka kami, terutama jika laju kereta sedang melambat atau berhenti. Tapi entah
kenapa ya, ketika rusa lain cenderung menjauhkan kepala dari penumpang di
depannya, berbeda dengan rusa di belakang kami yang seneng banget dekat-dekat
dengan kepala dan muka kami….iiih! Dan karena badungnya rusa ini, kami beri
nama Badrun. Jadi sering tuh di jalan, kami sibuk ngomel “Badrun, make some
space, will you?” ….atau “hey Badrun, sana deh ah, ngapain sih nyruduk-nyruduk”….atau
“Ye, si Badrun, ga usah ganjen deh ya
deket-deket, hush hush…”. (Indah, dapet salam dari Badrun!)
Ini beberapa pemandangan sepanjang perjalanan.... simply amazing!Pasukan reindeer sledge menembus hutan pinus dan tebalnya salju |
Salju di sini putih bersih dan mengkilat, matahari berada cukup rendah, sekitar 45 derajat |
All is white...beautiful! |
Dog sledge….whohoooooo!!
Setelah beberapa saat, kami tiba di peternakan huskies (anjing kutub). Setelah diberi
penjelasan singkat mengenai huskies, kami diijinkan untuk berkeliling
peternakan dan mencoba dog sledge. Dog sledge....whohooooo...!! |
Apa itu dog sledge? Dog sledge mirip dengan kereta rusa,
namun bedanya ditarik oleh anjing yang berlari, sementara rusa berjalan pelan
(ataupun kalau berlari tidak sekencang huskies). Selain itu, design keretanya
memungkinkan kita memilih untuk duduk dalam kereta atau berdiri dengan memegang
tali kendali dan rem. Jika kita memilih untuk duduk (yang menurut saya ngga
terasa fun), maka harus ada seseorang yang berdiri di belakang sebagai
pengendali, namun jika kita memilih berdiri, maka tidak ada yang duduk pun,
tidak apa, malah enak karena tidak ada beban tambahan maka anjing bisa semakin
cepat berlari. Saya memilih untuk berdiri di belakang. Empat ekor anjing (dua
jantan di depan dan dua betina di belakangnya) pun berlari kencang sekali dalam
putaran lintasan yang sudah ditentukan dan kereta saya pun meluncur dengan
kencangnya. Whohooooo… seru banget!! Saya
berpegang erat pada tali kekang dan memastikan pijakan kaki saya tetap solid pada
tempatnya, jika salah maka bisa-bisa kita terlempar dari kereta. Jangan takut,
kalaupun terlempar, kita hanya akan terjerembab di tumpukan salju kok, tapi kan
ngga seru aja…dan malu, cuy! Kita hanya
tinggal menekan pedal rem untuk menghentikan laju lari huskies dan kereta pun
berhenti dengan bantuan beberapa pawang.
Wuaah… pengalaman yang seru banget!
Berada di udara terbuka dengan suhu yang mungkin mencapai minus 10-15 selama beberapa jam membuat mulai kami mulai kedinginan. Untungnya ada pondok kayu tertutup yang disediakan di tengah peternakan dan dengan api penghangat di tengahnya. Kami menikmati jus beri panas dan kue kering jahe yang nikmat sekali.
Setelah cukup hangat, kami keluar pondok dan berkeliling melihat beberapa huskies lainnya dengan diwanti-wanti untuk tidak menyentuh huskies yang berada dalam kurungan karena mereka sedang hamil dan bisa menggigit jika disentuh. Huskies lainnya cukup tertambat di pohon dan sangat jinak. Kami bisa memeluk dan mencium dengan bebasnya, dan ngga bau lho. Bulu mereka bersih dan mengkilat sehat. Setelah puas berkeliling dan berfoto, kami kembali ke kereta rusa untuk pulang ke peternakan rusa. Di perjalanan, kami sempat berpapasan dengan rombongan pengendara snowmobiles, mirip dengan jetski tapi berjalan di salju. Keliatan cukup seru. Jadi pengen…hmmm…
Berada di udara terbuka dengan suhu yang mungkin mencapai minus 10-15 selama beberapa jam membuat mulai kami mulai kedinginan. Untungnya ada pondok kayu tertutup yang disediakan di tengah peternakan dan dengan api penghangat di tengahnya. Kami menikmati jus beri panas dan kue kering jahe yang nikmat sekali.
Menghangatkan diri sejenak di dalam pondok kayu, sembari menikmati jus beri hangat dan kue jahe yang yummy. |
Setelah cukup hangat, kami keluar pondok dan berkeliling melihat beberapa huskies lainnya dengan diwanti-wanti untuk tidak menyentuh huskies yang berada dalam kurungan karena mereka sedang hamil dan bisa menggigit jika disentuh. Huskies lainnya cukup tertambat di pohon dan sangat jinak. Kami bisa memeluk dan mencium dengan bebasnya, dan ngga bau lho. Bulu mereka bersih dan mengkilat sehat. Setelah puas berkeliling dan berfoto, kami kembali ke kereta rusa untuk pulang ke peternakan rusa. Di perjalanan, kami sempat berpapasan dengan rombongan pengendara snowmobiles, mirip dengan jetski tapi berjalan di salju. Keliatan cukup seru. Jadi pengen…hmmm…
Salah satu husky yang jinak dan bulunya cantik sekali (dan ngga bau!) |
Pondok utama di Santa Clause village |
Dengan ongkos EUR 2.4 sekali jalan, kami naik bis menuju
Santa Clause Village, sekitar 30 menit dari tengah kota. Santa Clause village
pada dasarnya adalah suatu “desa” dengan suasana natal yang amat kental. Ada
beberapa pondokan dengan satu pondok utama sebagai markas besar Santa Clause.
Well, beneran ada sih Santa Clause nya tapi bedanya dia tidak bagiin hadiah
secara gratis ke anak-anak melainkan menyediakan toko-toko merchandise serba
Lapland yang sangat menarik, dan ngga gratis tentunya. Semua toko ini dihias
dengan elemen natal, menciptakan suasana yang menyenangkan sekali. Pertahanan
saya jebol juga untuk ngga membeli apapun, setelah melihat satu blazer merah
dengan ornamen bunga yang dijahit cantik dan dengan model unik (udah kartu mati
banget buat saya kalau lihat pernik warna merah, jarang untuk ngga jatuh cinta),
dan beberapa fridge magnet yang lucu-lucu.
Berbagai toko souvenir bertemakan Natal yang lucu-lucu. Walaupun agak mahal, namun barangnya sumpah lucu banget! Banyak doa ya sebelum masuk toko, supaya ngga kalap :) |
Di halaman pondok utama itu ada boneka salju raksasa yang asli lho terbuat dari salju (ya iyalah, menurut ngana?). Ada juga satu gundukan salju dimana anak-anak bermain perosotan dengan satu papan kecil. Seru banget. Saya pingin banget sebenernya untuk ikutan meluncur dengan papan itu, tapi berhubung itu untuk anak-anak dan ada kemungkinan papan itu patah dengan berat badan saya, akhirnya saya cukup tahu diri untuk hanya berdiri di sampingnya sambil ikutan teriak-teriak seru dengan anak-anak kecil tersebut.
Oiya, di Santa Clause village ini tersedia kantor pos dimana
kita bisa mengirimkan kartu natal ke manapun dan siapapun, dengan prangko yang di cap
khusus dari Santa Clause Village. Kartu natal ini akan dikirim menjelang natal.
Dan juga, karena letaknya di lingkar
kutub (artic circle), maka ada garis yang menandakan keterangan lintang dan
bujur bumi dimana kita berdiri. Wow!
Senja di Santa Clause Village |
Setelah puas berkeliling dan mengambil foto-foto cantik (banyak banget sudut-sudut yang tampak cantik di foto, baik view dan mataharinya), saya dan Indah menuju ke halte bis untuk kembali ke tengah kota, ke tujuan selanjutnya Artic Museum.
By the way, tidak ada biaya masuk ke Santa Clause village
dan tempat ini buka jam 10:00 dan tutup jam 17:00. Pastikan kamu tidak
tertinggal bis yang terjadwal secara tepat waktu.
Artic museum
Sayang sekali, museum ini sudah tutup ketika kami tiba,
huhuhu….padahal kami penasaran banget pingin tahu cerita-cerita seperti apa
jaman es dulu, secara real di tempat
yang memang sumbernya. Akhirnya kami cukup puas menonton suatu eksibisi dari
suatu komunitas (mungkin mahasiswa jurusan seni) yang menampilkan berbagai seni
rupa, umumnya patung dari es dengan bentuk yang unik. Mereka bahkan membuat
tempat duduk ala teater yang bertingkat dari es lho! Patung-patung itu diberik
efek cahaya warna-warni menghasilkan suatu kombinasi yang sangat apik.Artic museum sisi teras / luar |
Nyasaarrrr….!
Malam itu kami janjian dengan Esther untuk bertemu di satu
meeting point, untuk acara barbeque-an di pinggir danau yang membeku sambil
menunggu tengah malam untuk melihat Aurora Borealis. Untuk menghabiskan
waktu, ehem…kami belanja, hehe! Cewek lah ya, ngga sah kalau ngga ngintip ke
konter H&M dan beli sepotong dua potong dan berakhir 4 potong baju…dan juga
sekantong plastik penuh coklat khas Finlandia yang tidak kalah enaknya dengan coklat
Swiss.
Setelah puas belanja, kami memutuskan untuk kembali ke
apartemen untuk leyeh-leyeh karena waktu masih menunjukkan pukul 9 malam,
sedangkan kami janjian dengan Esther jam 22:30. Masalah yang kemudian muncul adalaaaahh…kami
nyasar! Hahaha! Maklum, tadi pagi waktu berangkat kami berjalan buru-buru dan
dipandu Esther melalui ‘jalan tikus’ yang kami tidak ingat. Berpegang pada peta
juga tidak terlalu manjur, akhirnya kami bertanya ke mas-mas yang berpapasan di
jalan, seorang anak muda dengan pakaian training suit dan menyandang gym bag –
pasti habis nge-gym ya, Mas? (menurut loh??). Instead of telling us the direction to the train station, mas ini malah menawarkan untuk
mengantarkan kami. What??? Saya dan Indah pandang-pandangan, hmmm…aman ngga ya?
Beneran baik ngga ya orang ini? Gimana kalau nanti kami diculik? Terus disekap?
Terus dijual? Hehehe…lebay sangat! Akhirnya
kami sepakat untuk menerima tawaran mas itu. Dia mengajak kami ke tempat parkir
mobil di apartemen ceweknya (Huuuuu….penonton kuciwa) dan dengan mobilnya diantarlah kami
menuju stasiun yang tidak jauh dari apartemen Esther. Amaaaann.... pheeeew...
Apartemen Esther terletak di gedung yang agak ke belakang dari komplek dan untuk ke sana, kami harus melalui suatu jalan setapak yang sepi. Saya dan Indah berjalan beriringan, dan tiba-tiba Indah berbisik "Jangan kaget ya, Cid...loe terus aja jalan, jangan noleh...di belakang kita ada cowok rambut gondrong ngikutin kita...loe siapin aja kunci pintu biar kita bisa langsung masuk". Aaaahh...saya langsung deg-deg an. Tempat sepi, asing, gelap dan ada orang asing ngikutin kami jalan. Terdengar gasrukan langkah kakinya di tengah jalan setapak yang berlapis salju itu. Saya dan Indah agak terbirit buka pintu dan langsung masuk, berpapasan dengan seorang cewek yang keluar dan ternyata menemui cowok itu! Ooo temennya! Hahahaha... parno tingkat menteri! Lupa kalau ini negeri jauh lebih aman daripada kampung halaman sendiri...hihi..
Apartemen Esther terletak di gedung yang agak ke belakang dari komplek dan untuk ke sana, kami harus melalui suatu jalan setapak yang sepi. Saya dan Indah berjalan beriringan, dan tiba-tiba Indah berbisik "Jangan kaget ya, Cid...loe terus aja jalan, jangan noleh...di belakang kita ada cowok rambut gondrong ngikutin kita...loe siapin aja kunci pintu biar kita bisa langsung masuk". Aaaahh...saya langsung deg-deg an. Tempat sepi, asing, gelap dan ada orang asing ngikutin kami jalan. Terdengar gasrukan langkah kakinya di tengah jalan setapak yang berlapis salju itu. Saya dan Indah agak terbirit buka pintu dan langsung masuk, berpapasan dengan seorang cewek yang keluar dan ternyata menemui cowok itu! Ooo temennya! Hahahaha... parno tingkat menteri! Lupa kalau ini negeri jauh lebih aman daripada kampung halaman sendiri...hihi..
Next time ya, Astrid…next
time..
Jam 22:00 kami beranjak dari apartemen menuju gereja dekat
stasiun sebagai meeting point dengan Esther yang langsung menuju ke sana
selepas ia bekerja. Selain mahasiswa S2, Esther juga nyambi bekerja di suatu
travel agent. Udara malam itu luar biasa dingin. Buat saya pribadi, kelemahan
saya adalah telapak tangan. Mau setebal apapun sarung tangan, tetap dinginnya
terasa sampai ke ujung-ujung jari. Bolak-balik saya meniup telapak tangan saya
dari ujung sarung tangan di pergelangan tangan, mencoba memberi hawa hangat ke telapak tangan.
Setelah bertemu Esther, kami berjalan menuju ke danau yang
beku, dimana di tepiannya telah disediakan beberapa pondokan kayu dan tempat
untuk api unggun, lengkap dengan potongan-potongan kayu. Rencananya kami akan
membuat api unggun sebagai penghangat badan sambil menunggu datangnya Aurora
Borealis.
Beberapa potong sosis dan jagung sudah siap untuk dibakar, teh
panas juga sudah siap di termos dan beberapa buah plum untuk tambahan cemilan.
Esther dan Indah memilih kayu yang kering dan berusaha menyalakan api dari kayu
tersebut, saya membantu dengan memegang lampu senter dan sobekan kertas. Setelah
beberapa kali mencoba, Esther sempat kesal sendiri, api tetap tidak mau nyala
karena kayu dalam keadaaan lembab. Dan tidak mungkin kami berdiri di tempat itu
dalam cuaca yang sangat dingin (belakangan kami cek di apartemen, suhu saat itu
adalah minus 21 derajat, pantesaaaann dingin mampus!). Saya dan Indah dalam dilema,
antara setuju dengan saran Esther untuk balik ke apartemen atau nekat tetap di
tempat itu karena kami yakin malam itu Aurora Borealis akan muncul, terlebih
Esther cerita di malam sebelumnya cahaya itu muncul. Tapi akal sehat kami
menang, kami memutuskan untuk nurut balik ke apartemen, walaupun dengan hati
kuciwa (sangat!).
Kami berjalan dengan langkah cepat, berlomba dengan udara
dingin yang membuat ujung-ujung jari kami mulai membiru dan terasa sakit. Kembali
ke apartemen adalah keputusan yang tepat, jika tidak, bisa jadi kami akan
terkena frostbite dan bisa berakibat fatal – konon katanya bisa mengakibatkan amputasi jari karena
jaringan yang mati akibat membeku. Untuuuuungg…! Namun, sembari berjalan, saya
dan Indah tidak bisa menyembunyikan harapan kami. Bolak balik kami melihat ke
belakang, ke atas langit, sambil berdoa semoga Aurora itu berbaik hati dan
menampakkan sedikiiiiit saja sinarnya, tapi ternyata tidak. *sigh* Next time ya, Astrid… next time.
Tiba di apartemen, kami langsung bergulung dalam selimut
tebal, menyalakan pemanas dan meminum secangkir teh panas. Walaupun kecewa
tidak bisa melihat Aurora Borelis, namun malam itu kami lewatkan cukup
berkesan. Kami bertiga mengobrol seru sampai jam 2 pagi, mulai dari berbagi
impian dan cerita lalu, hingga harapan untuk bertemu lagi di Belanda suatu saat
ketika Esther menggelar acara Bachelorette party – with or without a
groom-to-be! What a brave decision, girl! Salut!
No comments:
Post a Comment