Sunday, June 26, 2011

Book share: Memutuskan sebelum memutuskan

Akhirnya setelah beberapa bulan absen dari dunia per-blog-an, malem ini kangen juga pingin nulis lagi. Iya sih, tiap hari di kantor sebenernya juga kudu nulis dan menulis sudah menjadi bagian dari tuntutan pekerjaan, tapi kalau di blog, kan saya bisa menulis dari hati....(halah!) :)

Mau ngerjain travelogue dari trip kemarin tapi rasanya masih belum mood (weits, nulis butuh mood juga lho), jadi cerita tentang buku yang saya baca tadi pagi aja kali ya. Belum kelar bacanya sih, tapi ada bagian yang rasanya bagus banget untuk di share.

Bukunya ini karangan Hingdranata Nikolay, berjudul "Be happy, get what you want". Sebenernya saya ngga sengaja "kenal" dengan Hing, sewaktu beliau menjadi salah satu pembicara di Toastmasters D87 Semi Anual Convention bulan November 2010 lalu, dan akhirnya tertarik untuk membaca tulisannya dia yang ternyata sama menariknya dengan gaja public speaking-nya beliau.

Anyway, tadi pagi saya baca bab 6 sambil menikmati my me-time di pojokan Komala's, Sarinah. Dengan ditemani dahi poori, saya menyusuri halaman demi halaman yang sepertinya pas banget dengan apa yang tengah bergejolak di hati dan pikiran saya saat ini. Bab itu berjudul "Memutuskan sebelum memutuskan". Sebelumnya, saya paham benar bahwa keputusan untuk membuat diri kita bahagia adalah suatu keputusan yang sepenuhnya ada di tangan kita, kapanpun kita mau dan kita tidak memerlukan alasan apapun untuk merasa bahagia. Temen saya, Christian bilang "If you want to be be happy, just be!" Enak kan? Kapan pun lho, booo...tapi masalahnya kita sering lupa hal itu dan membiarkan berbagai macam distorsi mengendalikan kita, bukan sebaliknya. Keputusan sebelum keputusan, artinya sebelum menghadapi suatu situasi dan memutuskan sesuatu tentang situasi itu, kita telah membuat keputusan tentang apa yang akan kita putuskan saat situasi itu terjadi.

Hari Senin diresmikan menjadi hari paling tidak enak sedunia yang kemudian muncul istilah "I don't like Monday". Belum pernah dengar kan ada yang bilang TGIM - Thanks God It's Monday? :-) Begitu bangun tidur, otak saya langsung otomatis ter-setting "Aaah Senin lagi, pasti bakalan ribet deh hari ini, macetnya super parah, ribet kerjaan juga lebih luar biasa, orang juga moodnya ngga pada enak akibat weekend syndrome, it's gonna be a very baaad day!". Tanpa kita sadari, distorsi itu yang mengendalikan pikiran kita sepanjang hari. Apapun yang terjadi akan berbalik kepada pemikiran tersebut, sehingga akhirnya menjadi pembenaran akan pribahasa "karena nilai setitik, rusak susu sebelanga". Tanpa kita sadari juga kita telah membuat keputusan sebelum keputusan. Artinya, sebelum menghadapi suatu situasi dan memutuskan tentang situasi itu, kita telah membuat keputusan tentang apa yang akan kita putuskan saat situasi ini terjadi. "Dari bangun pagi, kita bisa mendistorsi apapun yang kita alami hari itu, dan tidak sadar dengan keputusan itu. Inilah self-hypnosis yang paling mudah."

Tapi siapa bilang distorsi tersebut haruslah negatif? Ngga juga. Bisa kok positif, malahan kudu banget bersifat positif. Kita bisa mendistorsi setiap kejadian yang akan kita alami dengan sebuah keputusan di awal, misalnya "pasti bisa" atau "apapun yang terjadi hari ini, I want to be happy! Nothing can change that". Sehingga saat kita menemui kesulitan yang meluluhlantakkan dunia kita (lebay!), distorsi ini yang menjadi determinasi kita yang cukup kuat untuk bertahan dan terus berjalan. Kita bisa mengatakan "ah, biasalah, namanya juga hidup. Ada suka duka. One thing for sure, it will get passed".

Berikut tip bagaimana memanfaatkan distorsi untuk kebahagiaan kita:


  1. Putuskan apa yang menjadi sasaran tujuan besar anda. Ketahui dengan pasti apa yang sebenarnya penting dan buatlah distorsi yang membantu anda memberikan rasa percaya diri, rasa bahagia, semangat, antusiasme, serta dukungan untuk mencapai tujuan besar anda!



  2. Saat anda sangat ingin atau harus melakukan sesuatu yang menimbulkan sedikit konflik atau tanda tanya dalam diri anda, kecuali yang memang bermanfaat untuk mencapai tujuan besar anda, tanyakan secara sehat "Apa yang terjadi kalau saya tidak melakukannya?" Kalau tidak benar-benar mengangkat tujuan besar anda, segera angkat dorongan itu secara sadar. Agar bisa menyabotase distorsi yang tidak bermanfaat, anda hanya perlu menunda, menangkal atau mengevaluasinya selama mungkin.