Saturday, February 19, 2011

Hidup itu ibarat sebuah kulkas!

"Life is like a box of chocolates". Itu kata seorang Forest Gump yang cukup akrab di dengar. Namun apa kata seorang Astrid tentang "Life"?

"Life is like a refrigerator". Yap! Hidup itu ibarat sebuah kulkas! Dan ini adalah sebuah ungkapan nyata dari seseorang (read: saya, of course) yang senang sekali dengan yang namanya buka tutup kulkas, walaupun sering dia sudah tahu apa isi dari kulkas itu atau apa yang tidak ada, tapi tetap saja merupakan suatu kebahagiaan tersendiri jika dapat melakukannya berulang kali.




Pernah membayangkan perasaan kita saat membuka kulkas? Penuh harapan? Ya! Itulah yang saya rasakan. Saya berharap di dalamnya masih ada sepotong coffee layer cake dari teman saya, Christian, atau tape ketan yang segar dari Yohana, kakak ipar saya atau kalau lagi mikir sehat, berharap ada jeruk ponkam untuk cemilan atau juga aneka lauk pauk kiriman tante-tante saya (karena tahu keponakannya ini doyan makan tapi malas masak). Atau beralih ke freezer, saya berharap masih ada coklat Mon Cheri dari teman kantor, Thomas Frencis atau es krim rum and raisin favorit saya. Kadang harapan-harapan tersebut menjadi suatu kenyataan, tapi kadang juga tidak. Atau sering juga, saya tahu bahwa makanan-makanan tersebut sebenarnya sudah ngga ada di kulkas, tapi tetap saja saya semangat membukanya.


Kalau sudah begitu, apakah kecewa? Hmmm..mungkin, tapi sedikit. "Yah, udah ngga ada ya, udah habis ternyata", kata saya dalam hati. Kemudian saya tutup kulkas dengan santai.


Tapi kemudian apakah saya kapok untuk membukanya kembali lain waktu? hohoho...tentu saja tidak! Tetap dengan semangat dan harapan yang sama, saya akan selalu datang dan membukanya. Kadang saya beruntung menemukan apa yang saya cari, tapi mungkin ada saat-saat bahwa itu belum rejeki saya. Tapi harapan adalah salah satu yang membuat saya bergerak, terutama saat sedang merasa capek dan ingin menyerah (aiiih...serius bener ngomong in kulkas aja!). Jadi jangan pernah menyerah yah, bagaimanapun hidup memperlakukan kita (halah! makin ngeri aja), tetaplah terus berjalan dan berpegang pada nilai-nilai positif yang kita percayai.


Di lain sisi, siapa yang bertanggung jawab mengisi kulkas itu dong? Apa kita hanya membuka dan mengambil isinya, kemudian pergi? Dan berharap 'kunjungan' berikutnya akan ada tambahan isi?


Yang paling bertanggung jawab mengisi kulkas itu tentu saja diri kita sendiri, apa yang kita pikir kita butuhkan dan kita sukai (ingat, 'butuh' dan 'suka' bisa jadi dua hal yang berbeda), baru kemudian kalau kita beruntung maka akan ada teman-teman, saudara-saudara, sahabat yang akan berbaik hati mengisinya. Kadang kita menyukai apa yang mereka berikan, namun kadang juga tidak. Namun yang terpenting buat saya adalah niat mereka. "It is the thought that counts...." walaupun niat plus action akan menjadi lebih sempurna ;)

Mengisi hati dengan pikiran positif terhadap hal dan sesama, bersikap optimis, menghargai orang lain, membantu dengan tulus, dll (yang mungkin terdengar so cliche) adalah hal-hal yang dapat kita isi ke dalam "kulkas" kita sehingga pada saatnya kita bisa menikmati hasil dari "tabungan" kita itu. Percaya banget dengan hukum tabur dan tuai.


Kemudian, saya juga sering lupa (atau malas) menyingkirkan makanan-makanan yang sudah kadaluarsa. Saya biarkan opor ayam membeku, buah apel membusuk, sayur mengering, dll. Bisa jadi karena makanan tersebut ngga kemakan karena terlalu banyak atau simply karena saya lupa. Jadi jangan terlalu pelit untuk berbagi karena dengan berbagi sebenarnya kita juga memberi pada diri kita. Juga sering-sering mengecek kulkas ya untuk melihat mana yang masih baik dan layak kita makan dan mana yang tidak. Jangan ragu untuk membuang makanan yang hanya akan merusak diri kita. Buat apa kita simpan? Lupakan masa lalu yang hanya 'mengotori' masa sekarang dan juga masa depan. Buang jauh-jauh iri hati, kemarahan, keserakahan, kekesalan hati, dendam, dll yang hanya akan mengotori hati dan jiwa kita. Saya percaya tindakan kita adalah cermin dari perasaan dan pikiran.

Dan yang juga penting adalah memastikan bahwa kulkas tersebut tetap dingin dan dalam kondisi yang baik. Bagaimana kita berharap makanan di dalamnya tetap awet kalau kulkasnya mati atau temperaturnya tidak sesuai? Apapun yang akan kita taruh di dalamnya pasti tidak akan bertahan lama.


Kemudian yang tak kalah penting adalah posisi, dimana kita meletakkan kulkas tersebut. Bagaimana kita berharap kulkas tersebut dapat bertahan kalau kita letakkan di halaman belakang, kepanasan dan kehujanan, yang pada akhirnya cepat rusak? Memiliki jiwa dan hati yang sehat bisa jadi kunci yang penting. Bertemanlah dengan orang-orang yang akan membantu kita menjadikan diri kita lebih baik. Tempatkan diri kita pada lingkungan yang dapat memberi energi positif dalam jiwa kita sehingga 'outcome' yang ada - mudah-mudahan- juga positif.


Have a beautiful fridge, everyone....ups, I mean life...! :)

Dearest Papa...

I would have to agree on the saying - which previously I thought it was too clumsy. It says that never ever wait to say love to the people that you really care about and meant it on every words, because we will never know if we are ever going to have that opportunity again.

Now regret is all I have for failing to say it to you, the top-notch father that a daughter could ever wish for.

Never could I imagine my life without all the values that you've taught me. From you I learn the value of hard work, perseverance, resilience and faith in God. Even if you did not verbally teach me, your life was surely a living testimony. And this will always stay in me.
When I got hesitations over a decision I would have to make my own, you were there supporting me. You made me see the positive and consequences of each option. Even if I made mistakes, never you judged me, instead you showed me how to do it better in the future.

When I was tired, you welcomed me with outstretched arms, letting me feel secured and home. Without speaking ill, you listened to every story I shared (from which you knew every single friends of mine), every laughter I shared, every tears I shed (well...not every tears, there were few that I saved it myself especially when I was brokenhearted).
I can still remember the Sunday morning mass, sitting in the second or third row from the altar, hearing your voice praising and sometimes you got sleepy during the preach. You know, Pa..there's little part of my heart being grateful for the church renovation for I don't think I can go to church and see the same seating row, without you..

I know by heart that you are watching me and never leave me throughout the rest of my journey in this life. Thank you for all the life you gave me, all the values and experience that have been imparted with me. They have been my shield and armor in my life.
With all my love,
Your daughter.
Note: Tulisan ini ditulis saat mengenang 1000 hari kepergian Papa (Feb 2011).