Wednesday, December 29, 2010

Moment of truth 2010

So here we go....we are just about to come to an end of year 2010. Without any intention to be such a melancholic person, I find it interesting to list down some of my most personal interesting moments in 2010 - just for fun ;-)

Best movie
I'm not a movie freak kindda person, but I was totally amazed with "My name is Khan" movie. You're gonna have to see it yourself to find out why I choose this movie as my most favorite movie this year :-)

Most blessed moment
I'd have to agree on the saying "The sweetness of doing simple thing". My Christmas break was truly a blessing for me. I spent 4 days in Bandung with my brother, Rio and his wife. I really enjoyed every moment there. Be it only a light chat under a cool breeze in the terrace in one evening or a morning bread-toasting chat or when we were strolling down the city.... love it!

Most exciting moment
Well, that certainly goes for my trip to Beijing (and Hanoi)!! Truly a breathtaking experience. Every single day creates a story (see my story in Travel folder).

Most exciting event organizing
There were two events that really really... and really washed me away. First one was my company's employee day event (see my story "Beating with one heart") and second one was Toastmasters D87 Semi Annual Convention (Nov 26-28).

Most boring moment
Hmmm...funny is that I can't think of any... I enjoyed every bit of my life, be it glorious moments or gloomy days, or even those in between.

Most unfortunate event
This one I can surely remember! It just freshly happened when I successfully flew out from a running motorcylcle (Ojek) and hit the ground (after banging my neck to the automatic stopping bar of a parking gate)...phewwww...what a perfect closure of 2010! *buang sial*

to be continued... ;)

Antara Ojek dan Timnas Indonesia

Beberapa minggu belakangan ini Jakarta seperti berada dalam naungan magic spell. Masyarakat baik tua-muda, pria-wanita, dewasa-remaja semua terkena demam sepak bola saat Timnas dibawah komando Kapten Firman Utina melenggang ke Final Piala AFF 2010. Saya sendiri yang ngga biasa dan ngga mengerti detail peraturan permainan ini, pun tersihir duduk manis menonton dan asyik menikmati permainan Arif Suyono dan Achmad Bustami (wohooo...favorit saya dong!) yang 'berdansa' dengan bola di kaki mereka.

Kalau tidak salah ingat, perhatian publik (minimal perhatian saya) baru mulai terasa begitu tim ini melaju ke semifinal melawan Philippines. Mereka bermain begitu gemilang dan menuai puja puji dari masyarakat. Media begitu melambungkan nama mereka di jejeran sosialita baru. Mendadak nama Irfan Bachdim berada dalam rating jajaran Dewi Persik, Jupe, dll. Namun, kekecewaan pun meluas takala Timnas seperti kehilangan 'soul'nya saat bertanding di Kuala Lumpur saat 1st Leg. Berbagai komentar miring pun bertebaran di berbagai media. Semua begitu alergi untuk berbagi sedikit optimisme di 2nd Leg.

Jika masyrakat Indonesia sedang disibukkan dengan melakukan aksi "misuh-misuh" terhadap penampilan timnas, saya pun tak kalah hebohnya melakukan hal yang sama ke tukang ojek yang telah dengan suksesnya menabrakkan diri ke besi penghalang di pos parkir dan mengakibatkan saya jatuh terpelanting dan menjadi tontonan gratis orang-orang. Satu sisi saya geram sekali sama si abang ojek, tapi satu sisi mengutuki kebodohan diri sendiri yang membiarkan tanda-tanda sebelum si besi itu menghantam badan saya. Aahh, sutralah...nasi bener-bener menjadi bubur!

Alhasil yang ada saya menonton serunya pertandingan final sepak bola sambil meringis mengolesi kaki dan pinggang saya yang biru lebam dan memar dengan salep penghilang rasa sakit. Sesekali keluar juga air mata akibat menahan sakit, tapi untungnya lagi aksi laga Arif Suyono dan Achmad Bustami berhasil mengalihkan perhatian saya. I heart youuuu! *halah!* :-)

Nah, kalau di akhir cerita ini, kamu bingung apa hubungannya antara Timnas dan Tukang Ojek, ya memang pada akhirnya ngga ada hubungannya sih...hehehe...palingan bahwa keduanya berhasil bikin saya nyengir dan miris di saat yang bersamaan di penghujung akhir tahun 2010... Bravo Timnas! ...dan bye bye abang ojek yg saya sudah tandai untuk ngga pernah lagi kita berhubungan...wek! :-)

Sunday, December 12, 2010

Daniel Henney

My first encounter with this adorably handsome man and the most gorgeous man on earth, Daniel Henney, was in one Korean movie, which I forgot what title was. It was about two men who fell in love with one woman...hmm...a very typical kind of Korean movie, romance. But I'm not going to talk about the movie. It is about that man! Yeaay!

His next movie, My Father, was not really touchy, but his acting in that movie got all my thumbs (and toes) altogether! He acted as a son who tried to look for his bilogical father who was prisoned, or something along that line. I don't really remember. His acting when he shout and released his feeling was really awesome! And still looked great though :-)


Then it was on my flight from Bangkok to Bangalore in 2007 when I watched his "Seducing Mr Perfect" movie. I was totally wholly and fully dumbstrucked! The movie was so funny and very very entertaining. In that movie, he acted as a business man, a killer in M&A business who has to work together with a local korean girl. Going through a lot with the girl, he eventually fell in love with her (very predictable huh?!). Today I watched this movie again through DVD for like the 100th times! (lebay! hehe...).


Here is a brief about him - taken from wikipedia:
Daniel Henney was born to an Korean American mother and anAmericanfather of Irish descent. Henney started modeling in the U.S. in 2001 and has worked in France, Italy, Hong Kong and Taiwan while attending college. After his debut in South Korea with an advertisement for the Amore Pacific's cosmetic "Odyssey Sunrise", he became a spokesperson for commercials for Olympus cameras and for Daewoo Electronics's Klasse air conditioners.

Despite speaking no Korean, Henney became a household name through the South Korean hit TV drama, My Name is Kim Sam Soon. He later learned a bit of the language and appeared on a few variety shows. Henney was a part of an academic scandal in which many sources stated that he had an Economics degree from the University of Illinois at Chicago to bolster his image, while in actuality he had no college degree.
In 2009, he portrayed Agent Zero in the film X-Men Origins: Wolverine. In the fall season of 2009, he is playing "Dr. David Lee" in the CBS television drama, "Three Rivers".
In 2010, Henney had decided to return to South Korea television for KBS2's The Fugitive: Plan B.

Don’t put a question mark when God puts a period

(tulisan ini katanya pernah dimuat di Nafiri, majalah bulanan di gereja saya, St. Arnoldus. Saya tulis "katanya" karena saya sendiri pas lagi bolos ke gereja saat Nafiri itu terbit, sampai seorang teman mengirimkan sms saya saat saya lagi asyik memilih buah di Carrefour. Cerita di bawah ini based on true story lho...hehe..ngga penting yah...)

Siang itu udara panas terik dengan angin sepoi-sepoi yang mengalunkan saya tidur atau tepatnya ketiduran ketika menonton sebuah infotainment di rumah. Tiba-tiba seorang teman datang dan dengan santainya mulai bercerita. Saya yang awalnya masih setengah sadar akibat ngantuk mulai “bangun” karena ceritanya.

Cerita teman saya tersebut bukan tentang gosip selebriti yang menggelar pernikahan dengan biaya yang bisa memberi makan ratusan orang atau sebuah berita tentang serunya sidang perceraian seorang penyanyi tersohor. Teman saya ini bercerita tentang seorang Sara, istri (nabi) Abraham! “Duh, hari gene kok ceritanya tentang seseorang yang notabene tidak up-to-date banget” pikir saya awalnya. Tapi kemudian saya mulai tergelitik oleh komentar teman saya itu “Bo, tahu ngga sih lo kalau Sara itu meremehkan Tuhan waktu Tuhan memberitahukan bahwa ia akan mengandung?” Waduh, mana saya tahu, kenal Sara saja tidak, pikir saya.

Kemudian berceritalah teman saya itu kalau pada saat Tuhan memberitakan kabar gembira bahwa Sara akhirnya akan mengandung, Sara tertawa dan menyangsikan perkataan Tuhan. Saat itu Sara yang berusia 90 tahun sudah menopause sedangkan Abraham sudah berumur seratus tahun. Hal yang wajar jika saya melihat dari kaca mata saya, kaca mata duniawi tentunya yang minus dan silindris dua, kaca mata seorang manusia yang mencari suatu pembenaran berdasarkan logika. Sara telah mengubur harapannya untuk memiliki anak sampai ia meminta Abraham untuk menikahi Hagar, pembantunya supaya Abraham memiliki keturunan. Sehingga ketika mendadak ada durian runtuh, Sara kaget dan tidak begitu saja percaya. Hal itu ia ungkapkan dengan tertawa yang membuat Tuhan murka “Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk Tuhan?” (Kejadian 18:14). Namun Sara tetap ngeyel dan menyangkal “Aku tidak tertawa” (Kejadian 18:15) karena ia takut.

Apa yang Sara lakukan berbeda dengan apa yang dilakukan Abraham, suaminya. Abraham tanpa banyak komentar mengurbankan Ishak anak satu-satunya ketika Allah memintanya. Ia tidak memprotes perintah Allah atau menawar kehendak-Nya. Hal yang sama ketika Nuh diperintahkan untuk membangun sebuah bahtera atau kapal dan mengisinya dengan begitu banyak penduduk sesuai order list dari Allah. Namun Nuh yang berusia 600 tahun tanpa banyak cing cong melakukan tepat yang diperintahkan Allah. Kalau saya jadi Nuh, so pasti akan banyak pertanyaan dan negosiasi dengan Allah. “udah tua ye, enakan juga santai daripada ngumpulin hewan-hewan, sepasang pula masing-masing, capeee dee…” celetuk teman saya itu.

Terus terang saya merasa tersindir oleh kesetiaan Abraham dan Nuh. Percakapan saya dengan Tuhan – yang tidak terlalu banyak – lebih banyak diwarnai tawar-menawar, pertanyaan-pertanyaan yang tidak penting atau kecurigaan dibalik sebuah karunia Tuhan. Saat Tuhan memberikan kenaikan gaji yang cukup lumayan, saya berpikir, wah jangan-jangan Tuhan mau kasih saya beban tambahan nih. Ketika Tuhan menawarkan suatu promosi pekerjaan yang akan meminta waktu dan tenaga saya lebih banyak, saya meminta dispensasi untuk bisa membolos pergi misa setiap hari Minggu ”kan capek, Tuhan... boleh dong istirahat lebih banyak”.

Bayangkan kalau kita menjadi Tuhan. Mungkin Dia akan be-te, wong sudah dikasih karunia kok masih aja ngeyel, masih saja berusaha menawar atau Tuhan mungkin akan sangat kecewa saat kita curiga adanya motif dibalik suatu berkat yang Ia berikan. Padahal kalau kita mau lebih mengenal Tuhan lebih dalam lagi. Tuhan memberikan berkat kepada umat-Nya tanpa syarat. Ia memberikan kita karunia bukan karena kerja keras kita, tapi semata-semata karena kasih karunia-Nya.

Ia memberikan berkatnya seturut kehendak-Nya, pada waktu-Nya, dan sesuai rancangan-Nya ”sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukan jalan-Ku” (Yesaya 55:8). Ada saat-saat dalam hidup kita dimana kita melihat kemalangan, kesedihan, kemarahan, ketidakberuntungan serta segala hal buruk yang di luar kehendak kita. Kita menjadi marah dengan Tuhan dan protes atas semua yang terjadi. Jika yang kita minta ke Tuhan tidak terjadi, bukan berarti ia menolak, namun karena itu bukanlah yang terbaik untuk kita. Seorang teman mengatakan ”Mungkin saja ya Jeng, yang kamu anggap baik untuk kamu itu ternyata bikin orang lain susah atau timingnya saja yang belum tepat”.

Sebenarnya yang perlu kita lakukan hanyalah percaya kepada-Nya. Percaya tanpa syarat, tanpa tawar menawar, tanpa curiga. Memang dibutuhkan suatu totalitas kepercayaan yang luar biasa, yang tidak memerlukan logika untuk mencernanya. Kita hanya perlu yakin bahwa Tuhan tidak pernah mendatangkan sesuatu yang buruk untuk umat-Nya. Ia mengasihi kita secara luar biasa hebatnya. Ingat bahwa Ia memberikan putra-Nya supaya kita semua diselamatkan?

So don’t put a question mark when God puts a period! Percaya saja!
(dam)