Saturday, April 20, 2013

A journey full of surprises: What did I get myself into?

"What did I get myself into?"

Yeap...that was the question that was hitting my head over and over as I stepped into deeper side of the cave. Each step seemed to race to surprise me...big time! In the end, I found nothing, but GREAT FUN!! :)

This writing refers to my experience of joining the Blackwater rafting in Waitomo, North Island of New Zealand some years back - a true experience that was full of surprises.


When I first heard about "Blacwater rafting", I was thinking about a river that has different kind of color (black), something like the green color of a lake next to Mount Kelimutu in Flores, Nusa Tenggara. But I was totally wrong. The water has no relevance at all with the color, well ..not directly. Probably because it was located in the deep cave that has very limited access to sunshine. Probably.


I took the Black Labyrinth Tour which took me three hour of climbing, water tubing, leaping and floating through Ruakuri Cave. For me who never got any idea of what those are all about, the trip was like a journey of surprises. I could never guess what's coming next, and... what happened next managed to surprise me all the time!

I remember there was one moment when I was so hesitant to jump off into running water from (only) 1 meter high (and I had to do it backward - with the tube around my butt), the instructor shout "Come on, Astrid...you can do it, just jump and flow with the water!!". I counted to three in the long interval, while looking back to the water I was supposed to jump into... And I finally jumped! Surprisingly, it was really fun!


So over three hours, the ten of us took leaps of faith over cascading waterfalls and float serenely down an underground river. We got to enjoy the glow worm show on the vaulted limestone galleries up above.

We took couple of break, enjoyed some New Zealand chocolates (very nice one I must say) and catch some breath.


The journey concluded when we emerged into the sunlight of the Waitomo forest.

Here we come, Russia!

Memasuki Rusia, terutama berhadapan dengan petugas imigrasi Rusia, menjadi salah satu pengalaman yang sangat menarik (alias sangat dan sangaaaattt bikin jantung deg-deg an) buat saya dan juga Indah, temen seperjalanan saya dalam trip ke Scandinavia dan Rusia, bulan Februari lalu.

Kami masuk ke wilayah Rusia menggunakan kereta malam yang berangkat dari Helsinki central station sekitar pukul 17:20 waktu setempat. Kereta boleh dikatakan sangat nyaman. Satu kabin terdiri dari 4 tempat tidur tingkat. Kami sekamar dengan dua orang wanita lain warga negara Rusia. Seorang diantaranya, berusia sekitar 26-27 tahun, baru saja menyelesaikan S3 Phd dalam bidang bio molekul (yea, this sounds so scary, but she's very friendly...and helpful!) dan kembali ke Moscow dengan beberapa koper yang isinya buku semua! Kami sempat mengobrol ringan sebelum kemudian masing-masing asyik dengan bacaan (saya dan Indah asyik baca majalah abege ngga penting yang isinya gosip Holywood dan teknik bikin mata keren dengan eyeshadow ngejreng... hahaha...ngga penting banget kan?...dan dia baca satu buku science yang tebalnya seperti kamus)


Di tengah perjalanan, kabin kami diketuk petugas imigrasi Finland yang memeriksa paspor kami dan mengecap sebagai tanda keluar dari wilayah Schengen. Dalam keadaan kami sudah dinyatakan keluar dari Finland dan belum dinyatakan masuk Rusia, menjadikan kami in the middle of nowhere - jadi ingat film Tom Hanks yang terdampar di airport.

Anyway...kira-kira antara jam 22:00 - 23:00 (tidak ingat persisnya), kereta berhenti dan muncul pengumuman dari pengeras suara kalau kereta berhenti untuk pemeriksaan imigrasi, semua penumpang diminta untuk tetap tinggal di kabin masing-masing dan membuka pintu kabin. Tidak boleh ke toilet dan pintu akses gerbong dikunci. Rupanya kereta sudah memasuki wilayah Rusia. Terdengar beberapa orang berbicara dalam bahasa Rusia yang kami tidak mengerti. Tidak lama muncul seorang petugas berseragam di pintu kabin kami. "Your passport please" dan kami menyerahkan paspor kami. Ia menanyakan beberapa pertanyaan dalam bahasa Rusia dan diterjemahkan oleh mbak Phd (untuuuuuungg bangettt ada mbak ini). Pertanyaan cukup detail seperti mau ngapain di Moscow, tinggal dimana, bawa duit berapa, kenapa milih Moscow dll. Di sini adrenalin rush udah mulai berasa dan suasana cukup tegang (ditambah tampang mas-mas imigrasi yang juga kenceng bener, walaupun cukup manis dan dia sempet malu-malu godain si mbak Phd). Setelah mas itu selesai bertanya, ia mengembalikan paspor kami, tanpa di cap! Haiyaaa...ternyata pemeriksaan belum selesai :-(

Tidak lama datanglah ibu dengan seragam lengkap juga bertanya berbagai hal yang sangat detail (pertanyaan yang ngga relevan menurut saya) seperti belanja apa aja di Helsinki, berapa harganya, tunjukkan barangnya, mana bon nya, bawa obat apa aja, tunjukkan, ini obat apa, apa isi kantongan itu (dia ngeliat kantongan belanja yang kami bawa, apa isi tas kalian dll. Yang merepotkan bukan hanya pertanyaannya tapi permintaannya untuk melihat dan membongkar tas kami. Dalam kabin yang cukup sempit, membongkar tas backpack 65 liter bukan perkara mudah dan merapikannya kembali sungguh pe-er banget buat kami. Selama proses pemeriksaan, semua pertanyaan dan permintaan dalam bahasa Rusia (aduh, mbaaakk...kenapa sih ngga pakai Bahasa Inggris ajaaa...) dan kembali kami dibantu oleh Mbak Phd untuk diterjemahkan (hugs untuk mbak Phd ini).

Selesai pemeriksaan, paspor tetap.... belum dicap!! *sigh*

Baru kemudian datang seorang Ibu juga didampingi beberapa petugas lainnya datang dan meminta paspor kami kembali. Tidak banyak bertanya, hanya membalik-balik halaman paspor, akhirnya "cekrek" di cap lah paspor kami! Lega? Not yet.

Setelah kami selesai membereskan tas-tas yang tadi dibongkar, kami menutup pintu kabin untuk mengurangi ketegangan yang muncul dari suara-suara yang terdengar dari kabin-kabin sebelah yang sedang diperiksa. Mbak Phd itu menjelaskan kalau pemeriksaan seperti itu biasa banget dan termasuk tidak detail. Mereka bisa sangat menakutkan kalau pemeriksaan detail. Oh my God!! Di tengah obrolan kami, Mbak Phd  bilang "We'd better open the door. I think they will come again shortly for another check" What??? Huhuhuhu...it's not yet over apparantely.

Dan tidak lama datanglah Bapak-bapak gemuk. "Passport please". Saat membalik-balik halaman paspor kami, muncullah kembali pertanyaan-pertanyaan aneh, salah satunya adalah kenapa kalian memilih Copenhagen sebagai poin masuk dan keluar. Saya jawab apa adanya (sound silly but real), karena tiketnya ke sana paling murah dibanding landing di negara lain. Dia ngangguk2 aja. Ada juga pertanyaan kalian udah kemana aja? ngapain di negara itu? kenapa ke sana? gimana pembiayaan perjalanan itu? dan lain-lain.

Barulah setelah Bapak itu selesai, pemeriksaan benar-benar selesai. 4 lapis pemeriksaan sajahhh, saudara-saudara. Amin banget deh begitu selesai dan tidak lama kereta kembali melanjutkan perjalanan. Here we come, Russiaaaa.... :-)

Psstt...luckily ketika kami pulang, proses keluar dari Rusia di bandara sangat mulus dan lancar... :-)

Visa Rusia: difficult? Naaahh...still doable kok.

Bagi saya mengurus visa negara manapun selalu menumbulkan sensasi deg-deg an tersendiri. Terlebih karena kebiasaan saya yang berpergian dengan mengandalkan tiket promo. Namanya tike promo pasti tenggat waktu untuk issue jauuh sebelum tanggal keberangkatan. Alhasil saya sering pegang tiket yang sudah di issue tapi visa untuk masuk negara it sendiri belum ada di tangan. Iya sih, ini big gambling banget. Visa gagal, there goes millions of Rupiah for nothing. Makanya saya selalu taat dokumen saat pengurusan visa - cenderung lebay :-) , sama hal nya dengan saat saya mengajukan aplikasi visa Rusia beberapa waktu lalu.
 
Begitu melihat di website Kedutaan Rusia di Jakarta mengenai persyaratan dokumen yang harus disiapkan, saya pikir “Ah gampang-gampang dokumennya”. Ngga perlu keterangan bank atau surat sponsor kantor atau rekening 3 bulan terakhir...ah gampang lah. Yang diperlukan hanya:
  1. Form aplikasi visa yang telah diisi (dapat di download di link ini)
  2. Paspor asli dan fotokopinya (jangan lupa paspor mesti valid setidaknya selama 6 bulan)
  3. Foto 3x4 (untuk amannya pilih latar belakang putih, netral)
  4. Tiket airlines
  5. Invitation letter
Ternyata yang saya kira “gampang” ini bukannya tanpa usaha tambahan atau kepusingan tersendiri. Yang agak unik dan berbeda dengan persyaratan visa pada umumnya adalah invitation letter (baik untuk visa bisnis atau turis). Surat ini bukanlah surat undangan atau rekomendasi yang berasal dari kerabat, teman, relasi atau perusahaan yang berdomisili di Rusia, melainkan surat yang dikeluarkan oleh Kementrian Luar Negeri di Rusia (dweng! rempong kah? antara ya dan tidak). Gimana caranya?
Usaha yang pertama kali saya tempuh adalah menanyakan ke kedutaan Rusia di Jakarta, yang menginformasikan kalau biasanya pengurusan surat tersebut bisa dibantu oleh hotel atau beberapa agen yang telah ditunjuk di Rusia. Kemudian saya kontak hostel dimana saya sudah melakukan reservasi, yang memang menyediakan jasa pengurusan invitation letter tersebut, tapiiiii….sayangnya tidak bagi pendatang dari Indonesia. Entah apa alasannya. Alhasil saya kemudian browsing dan menemukan beberapa website agen di Moskow, yang katanya telah berpengalaman mengurus surat tersebut. Biaya yang ditawarkan untuk pengurusan surat ini bervariasi
  1. EUR 20 (surat jadi dalam 1-2 hari kerja)
  2. EUR 30 (surat jadi dalam hari yang sama/ekspres)
Waktu sudah agak mepet sehingga makin deg-deg an lah saya. Gimana kalau agen ini ngga reliable? Gimana kalau surat tersebut tidak bisa diterbitkan alias aplikasi saya ditolak? Gimana kalau surat tersebut walaupun diterbitkan tapi tidak diakui sama kedutaan? Pertanyaan 'gimana dan 'gimana berkecamuk di kepala saya. Dari beberapa referensi dan informasi yang disajikan, saya memilih satu agen online way to russia Saya memasukkan aplikasi untuk single entry dan processing time satu hingga dua hari (ada juga yang ekspres, surat jadi di hari yang sama)
 
Satu hari setelah saya memasukkan aplikasi permohonan surat tersebut melalui website mereka, saya mendapatkan email konfirmasi yang meminta bukti reservasi hotel yang telah saya lakukan. Saya emailkan bukti konfirmasi reservasi hotel saya. Tak lama mereka email kembali, mengatakan jika kartu kredit yang saya cantumkan di form mengalami gagal bayar! Haiyaaa! Saya kontak bank penerbit yang mengatakan tidak ada masalah di kartu saya dan (untungnya) belum ada transaksi yang terjadi sehubungan dengan pengurusan surat tersebut. Tidak mau ambil resiko, saya informasikan detail kartu kredit saya yang lain (tanpa 3 digit angka yang tercantum di belakang kartu). Tidak lama mereka email saya kembali, mengkonfirmasi transaksi kartu berhasil dan surat akan dikirimkan sesaat lagi dalam email terpisah. Dan benar, selang 30 menit kemudian surat tersebut sampai di inbox email saya, siap untuk diprint dan disertakan dalam aplikasi visa turis saya.
 
Ini contoh invitation letter yang dimaksud:
 
 
Setelah semua dokumen lengkap saya siapkan, saya submit ke Kedutaan Rusia di daerah Kuningan, Jakarta. Dokumen tersebut diterima dan dicek oleh mbak-mbak di bagian visa. Beberapa dokumen seperti reservasi penginapan dan tiket kereta dikembalikan ke saya (saya masuk ke Rusia menggunakan kereta dari Helsinki dan keluar dari Moscow dengan pesawat). Ketika saya tanya kenapa dikembalikan, mbak tersebut bilang kalau hanya hotel (bukan hostel ya, apalagi hostel backpackers seperti yang saya booking) dan tiket pesawat (bukan kereta atau moda transportasi lain) yang dihitung oleh kedutaaan. Saya menggangguk-angguk saja, tapi menekankan ke mbak nya kalau ada kekurangan dokumen lain, tolong saya dikabari segera ya, mbak…(alias jangan langsung ditolak visanya ya, mbak... kata saya dalam hati).
 
Setelah membayar Rp 700,000 (USD 70 dengan kurs IDR 10,000), saya menerima bukti pembayaran yang akan digunakan untuk pengambilan visa seminggu kemudian. Oiya, jika kamu ingin membayar dengan mata uang USD, sebaiknya dicek dulu ke Kedutaan masalah kode huruf dari nomer seri uang dollar, karena hanya kode huruf tertentu saja yang mereka dapat terima. Amannya sih, bayar pakai rupiah walaupun kurs nya agak lebih tinggi dari pasar.
 
Saat saya mengambil visa seminggu kemudian (di approve, yeay!), saya menanyakan ke mbak di bagian visa masalah visa registration atau wajib lapor bagi pengunjung ke polisi/imigrasi setempat. Mbak tersebut bilang, memang benar ada persyaratan seperti ini di Rusia dan menyarankan sebaiknya minta tolong hotel untuk melakukan ini untuk menghindari kerepotan yang tidak diinginkan seperti kendala bahasa. Hostel tempat saya menginap dapat memberikan bantuan ini dengan biaya sebesar USD 20, namun ketika saya check in, mereka bilang tidak perlu karena saya hanya dua hari saja di Rusia. Jika nanti di jalan, pas lagi apes, saya diciduk polisi, hotel bilang telepon saja ke mereka. Pemeriksaan ini memang jaraaaang banget dilakukan tapi siapa yang tahu ya kalau namanya apes. Tapi saya turuti saja saran hotel.
 
Begitulah lika-liku mengurus visa Rusia. Ada yang bilang repot, jarang dikabulkan, dll...challenging but still doable :-) tapi yang jelas kerepotan itu tidak seberapa, dibanding dengan pengalaman seru yang saya dapat selama 2 hari di Moscow :-D