Saturday, December 17, 2011

Catatan (ngga terlalu) singkat trip Eropa

I have been receiving requests for an itinerary of my last trip to Europe. So to make it easier, I'm posting it here. Hope this helps those of you who are starting to plan the trip. Personally, it was a quite an experience for me and my other 3 friends, but of course there are certainly parts that could've been planned better and on top of all, less tiring :)

Flights:
Kuala Lumpur - Paris (Orly airport) menggunakan Air Asia selama kurang lebih 13 jam.

**Tips: Perjalanan dengan budget airline dimana ngga ada tv/in-flight entertainment, sebaiknya siapkan buku, cemilan, majalah, kartu remi/uno, games, dll yang bisa bantu untuk killing time, supaya ngga mati gaya :)

Train
Untuk perjalanan antar kota/negara, saya memanfaatkan Global Pass dari Eurail yang telah dibeli di Jakarta (detail infonya terselip, tp mungkin bisa ditanya ke mbah Google. Kantor perwakilannya di daerah harmoni). Untuk beberapa rute, khususnya di Itali, diperlukan reservasi terlebih dahulu dan ada biaya tambahan yang besarnya bervariasi (EUR 3-10). Namun reservasi ini akan menjamin ketersediaan bangku terutama untuk musim tertentu dan jadwal perjalanan tertentu.

Global Pass menawarkan beberapa keuntungan discount, salah satunya untuk mountain train di Interlaken. Selain itu kita berhak mendapatkan fasilitas kelas satu (namun beberapa rute harus puas di kelas 2). Jadi tidak ada salahnya untuk mempersiapkan ini sebelum berangkat. Dan jangan lupa untuk meng-aktivasi tiket tersebut begitu kita tiba di sana. Terlebih lagi, hati-hati jangan sampai disambar copet karena tidak ada penggantian untuk tiket yang hilang (nyesekkkk benerrr kalau sampai hilang).

Day 1
Begitu landing di Orly airport, rencananya kami akan ke Brussel dengan kereta yang berangkat dari Gare du Nord station. Dari Orly, kami mengambil kereta dengan tujuan Antoni sebelum ganti kereta menuju Gare du Nord (station).

Tiba di Brussels sekitar jam 11 malam dan langsung menuju hotel (sutra la ya...cerita detail gimana kami kesasar tengah malam gentayangan di kota Brussels akan diceritakan terpisah). Sebenarnya di Brussels ini hanya numpang tidur aja karena tujuan utama adalah Kaukenhof dan Amsterdam di Belanda. Alasan utama transit dan bermalam di Brussels adalah untuk menghindari reservation fee kereta yang cukup mahal jika ditempuh langsung dari Paris ke Amsterdam selain masalah waktu yang terbatas juga - tiba di Amsterdam lepas tengah malam bukan pilihan buat kami.

Day 2
Pagi-pagi melanjutkan ke Kaukenhof dengan transit di Leiden dan lanjut dengan bus yang langsung mengantar ke Kaukenhof sekitar 30-45 menit. Sore harinya dari Amsterdam, kami naik night train/sleeper menuju Prague, Ceko. Berangkat dari Amsterdam jam 7 malam. Sleeper ini menawarkan beberapa pilihan antara lain couchette (kompartemen yg diisi 2/4/6 tempat tidur lipat), reclining seat (tahu la ya, kursi yang bisa dinaik-turunkan sandarannya) dll. Tentu ada biaya tambahan yang besarnya kalau tidak salah sekitar EUR20-30.


Day 3


Tiba di Prague sekitar jam 9.30 pagi dan langsung menuju hotel untuk menitipkan barang, berhubung belum boleh check in. Hostel yang kami pilih, Miss Sophie sangat apik dan dengan harga terjangkau dan lokasi yang cukup dekat dengan stasiun. Kami langsung bergegas untuk menjelajah kota hingga malam. Old Quarter, Charles Bridge, flea market, Prague castle, dll adalah diantara obyek wisata yang ditawarkan Prague. Oiya, jangan lupa untuk menukar uang dengan Czech Crown karena di sini berbeda dengan negara lain di Eropa yang umumnya menggunakan Euro.



Day 4


Perjalanan ke Salzburg, Austria ditempuh sekitar 6 jam dari Prague. Hotel yang kami pilih adalah Yoho International Youth Hostel dengan rate EUR 17, yang ditempuh cukup dengan jalan kaki sekitar 10 menit dari stasiun. Setelah beristirahat sejenak, kami memutuskan menjelajahi kota dengan sepeda yang disewa dari hostel dengan harga EUR 10. Obyek wisata yang menarik - selain kotanya sendiri yang sangat indah - adalah Hohensalzburg, Mirabel Platz (beberapa spot dari film Sound of Music ada disini), Salzburg Museum, Mozart, dll. Udara di Salzburg saat itu (bulan Mei) cukup dingin dan semakin dingin menjelang malam.








Day 5
Siang hari kami bertolak ke Venice, setelah sebelumnya mengalami "insiden" kecil nan lucu (Baca: Sepenggal cerita injury time di Salzburg). Perjalanan sepanjang rute menuju Insburg (transit pertama) dan Venice menawarkan pemandangan yang sunggu spektakuler. Bukit-bukit hijau dengan latar pegunungan alpen sungguh kombinasi yang sangat indah. Tiba di Venice sekitar jam 16.30 dan disambut dengan pemandangan "indah" dimana cowok-cowok Itali yang sungguh "indah" berseliweran di depan mata. Ooooh...! :-)



Beruntung sekali karena hostel yang kami booking Casa Gerotto & Alloggi Calderan, dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama kurang lebih 10 menit (jalan) atau 6 menit (lari - dan kami benar mengalaminya esok harinya). Adalah wajib hukumnya untuk mencoba gelato di sini selain mengunjungi Rialto Bridge, St. Marco square, makan pizza, dll.



Day 6
Pagi hari kami masih berkesempatan mencoba water taxi dan water bus, yang menjadi ciri khas Venice. Maksud hati mencoba gondola, tapi dengan harga EUR100, kami mengurungkan niat itu. Siang harinya kami bertolak ke Roma yang ditempuh sekitar 4 jam.


Tiba di Roma Termini station, kami melanjutkan dengan kereta lagi ke sisi kota dimana hostel kami berada. Hotel Lodi terletak cukup jauh dari pusat kota namun cukup nyaman dan transportasi relatif tidak sulit. Hari itu kami mengunjungi Colloseum saja.



Day 7,8

Dua hari berikutnya kami mengunjungi Vatican City (Vatican Museum is really a must!!), Colloseum (lagi), Trevi fountain, Spanish step, dll. Dengan cuaca yang cukup panas (karena menjelang summer) ditambah beberapa pekerjaan konstruksi, membuat perjalanan agak kurang nyaman buat kami. Namun setangkup gelato cukup rasanya mengobati gerah yang ada. Seperti biasa, jangan lupa untuk meminta peta dari hotel dan petunjuk alat transportasi yang dalam hal ini rute dan nomer bus. Hanya beberapa rute terbatas yang dapat ditempuh kereta, selebihnya lebih nyaman dan cepat menggunakan bus.


Day 9

Kami bertolak menuju ke selatan dengan tujuan utama adalah Amalfi Coast sebelum esoknya menuju ke Capri Island. Dari Roma kami ganti kereta di Napoli dan Salerno, dan kemudian melanjutkan dengan bus ke Amalfi Coast. Cukup "mengharukan" perjalanan ini karena lelah dan udara panas yang ada. Sebelumnya kami mampir ke Pompeii untuk melihat reruntuhan kota yang konon terkubur karena adanya letusan gunung berapi, sehingga beberapa "mummy" masih dapat dilihat, dengan posisi tertentu sebelum letusan/awan panas letusan mengenai mereka. Kami menginap di Scalinatella Hostel dengan Bapak pemiliknya yang sangat ramah. Jangan lupa untuk bilang ke bapak supir bus untuk menurunkan di halte Atrani. Perjalanan dari Salerno ke Atrani/Amalfi Coast sangat indah. Hamparan lautan mediterania dengan bukit-bukit hijau yang mengelilinginya cukup menghibur perjalanan sekitar 1 jam.


Day 10

Seharian ini kami habiskan di Capri Island yang ditempuh dengan ferry dari Amalfi Coast. Biaya per sekali jalan sekitar EUR 17.5 dan dikali dua untuk rute pulangnya. Pulai Capri konon cukup terkenal di kalangan artis Hollywood sebagai tempat liburan. Dan memang pantainya yang indah dan keunikan kotanya membuat nyaman siapapun yang menghabiskan hari di sini. Ada blue geroto (gua karang dengan keajaiban air birunya) dan jangan lupa untuk mengambil tour mengelilingi pulau dengan ferry, kalau tidak salah sekitar EUR 10. Juga untuk naik ke puncak dengan vernacullar (kereta dengan ketajaman tanjakan rel yang cukup tajam. Seru!!) sekitar EUR 6. Sekembalinya kami di Amalfi Coast, kami sejenak istirahat dengan duduk di sudut cafe menikmati gelato di tangan sambil menikmati "keriaan" masyarakat setempat yang berkumpul untuk suatu acara (seperti dialogue terbuka dengan pimpinan masyarakat setempat).



Day 11

Pagi buta kami memulai perjalanan ke Interlaken, Swiss dan disambut dengan hawa dingin dan hujan. Kota kecil yang diapit dua danau besar dan dikelilingi pegunungan alpen dengan salju abadinya menempati tempat khusus di hati saya pribadi. Entah apa, namun sungguh nyaman berada di kota kecil ini (Baca: Interlaken - a little piece of paradise). Sore itu cukup sepi dan beberapa toko sudah tutup, demikian juga rumah-rumah penduduk, nyaris tidak terlihat adanya aktifitas.


Day 12

Kami mengunjungi Jungfraujoch atau yang dikenal sebagai stasiun kereta paling tinggi di Eropa. Perjalanan menuju ke sana menawarkan pemandangan yang sangat istimewa. Padang rumput hijau, rumah-rumah kayu dengan cerobong asapnya, sapi-sapi yang sedang merumput, sebelum akhirnya melihat pepohonan dan padang berselimutkan salju. Untuk detailnya, bisa dilihat di link ini ya: Interlaken - a little piece of paradise. Jangan lupa untuk mencicipi makanan khas Swiss, Rosti dan Cheese Fondue. Ada yang bilang enak, ada yg kurang cocok. Yaa namanya juga selera kali yaa..


Day 13

Agak berputar sedikit memang sih rutenya dengan mampir dulu di Munich. Tapi kalau memungkinkan, why not? Di Munich tidak banyak yang kami kunjungi selain berkeliling di Marian Platz dan sekitarnya. Kami tinggal di hotel Meininger yang terletak tak jauh dari stasiun (jalan kaki sekitar 10 menit) dan 5 menit ke stasiun terdekat.


Day 14

Kami menuju Paris sebelum kami melanjutkan ke tujuan berikutnya: Barcelona! Yeay! Walaupun agak perjuangan karena penerbangan Ryan Air yang kami ambil take off dari airport Beauvais, yang terletak di luar kota Paris. Jadi dari Paris harus naik kereta dan lanjut lagi ke airportnya. Ngga susah sih, cuma mesti sabar. Tiba di Barcelona sekitar sore hari dan dengan airport bus langsung menuju ke Plaza Catalunya, pusat kota Barcelona. Kebetulan hostel kami tepat di salah satu gang di daerah tersebut.

Day 15
Karena lelah dan sedang males mikir, kami putuskan untuk ambil paket hop-on-hop-off dengan harga EUR 30 (kalau tidak salah....lupa, cuy) yang menyajikan beberapa rute antara lain stadion Barcelona yang bertetangga dengan markas klub Berca, Sagrada Familia dan beberapa tempat lainnya (mesti cari contekan dulu untuk nama-nama tempatnya). Namun dengan paket ini, cukup menghemat uang, tenaga dan waktu juga. Malam harinya saya menonton Flamenco yang sangat cantik! dan ditutup dengan menikmat Sangria, minuman campuran wine yang cukup menyegarkan. Kehidupan kota itu terutama di Plaza Catalunya masih menggegap walaupun waktu sudah menunjukkan hampir pukul 11 malam.


Day 16

Kami kembali ke Paris, juga dengan Ryan Air dan saya melanjutkan ke Lourdes yang terletak sekitar 6 jam dengan kereta ke arah selatan. Lourdes sebuah kota kecil yang menjadi tempat ziarah bagi umat Katholik. Saya dan teman saya sempat mengikuti misa tengah malam, yang walaupun disampaikan dalam bahasa prancis namun liturgis yang dipakai tetap sama. Komplek tempat ziarah tersebut cukup indah dengan adanya bangunan seperti "benteng" dan taman dengan aliran sungai kecilnya. Sedangkan suasana di luar bangunan tersebut padat dengan toko-toko souvenir dan juga cafe-cafe yang masih hingar bingar hingga tengah malam. Jadi yang beribadah ya ibadah, tp yang ajeb-ajeb di luaran juga lanjut terus.


Day 17

Setelah perjalanan delay sekitar 2 jam, saya dan teman saya bertemu dengan kedua teman kami di gerbang masuk Istana Versailles yang cukup megah dan luas (sumpah deh, mengelilingi tempat ini secara detail bisa memakan lebih dari 1 hari). Tamannya yang luaassss tapi juga indah.
Day 18
Kami mengelilingi kota Paris. Standard aja sih seperti umumnya turis yang datang ke Paris. Kami mengunjuni Eifel, river cruise di sungai Rheine, Notre Dame, Arc de Triomph, Louvre, Moulin Rounge dan tidak lupa menulusuri kawasan belanja di Camp Elysee yang terkenal karena butik-butik mewahnya.




Day 19

Kembali ke Jakarta dengan terlebih dahulu melewati "huru hara" di airport. Cerita detailnya menyusul yaa..


Demikianlah versi singkat (eh singkat kan?? ya sedikit dragging sih...hehe) dari trip ke Europe di bulan Mei lalu.

Sunday, December 4, 2011

Dancing in the sky! My first skydiving...

"You okay?" my tandem master asked when noticing that I have been staring blankly to the shrinking view over the plane windows.

"Yeap, cool" I replied, trying to look calm and solid.

I remembered that I've been wanting to this for the past few years, flying up in the sky, feel the breeze gently swept my face and finally the adrenalin rush, but I was actually thinking about paragliding and certainly not skydiving! And there I was, just few minutes from jumping from 12,000 feet high. The view beneath was all white clouds.

The camera-jumper lifted up the roller door, looked down and gave signal that the weather was not good.

"So we're gonna take another round. If the weather is still not good, we will have to cancel it and back to the ground. But let's hope for the best", said my tandem master. I felt a bit disappointed and yet kept on hoping that we could finally do the jump.

Allleluya! My prayer was answered. The "camera-man" gave his thumb, signaling that all was good! Phewwww...so relieved, but yet still nervous. Later on we found out that due to weather condition, the next group was not allowed to do the jump, so we could say we were so damn lucky! :-)

My cousin went first and it was time for me afterward. I couldn't feel anything nor think about anything. We shuffled towards the door and I was told to put my feet over the edge, turn my head to left for an exit camera snap, lay back my head to the shoulder of my tandem master, and....




"HERE WE GOOOO!! WE'RE FALLING!!,"

An exhilarating scream arose from my chest from the initial drop as we jumped out of the plane. It took a moment to realize we're facing the ground and I could see the ground below. The air rushed thunderously past my ears and although I knew we're dropping, it felt more like we were hovering. Floating in space while the wind roared.

"WHOOHOOOOOOO.....!!!" I tried to scream out to release the adrenalin rush and felt a bit better.
Check out my video and enjoy my super silly expression :-)


Another skydiver with camera suddenly was right in front of me with his camera facing to my face. I tried to look cool and give my best smile, though it was extremely difficult. How could you smile when the wind was strongly stretching your face! Many asked me a question if I could still breath properly. The answer is yes! I didn't have any problem in breathing while flying down. Yes, the weather was quite cool, but that's all. Probably I got too busy in enjoying it.

And then, after around 40 seconds, pppppffttttt....! I felt like we were springing upwards, and left the camera skydiver waaay downward and gradually disappeared. That was the time when the parachute was activated.

And now, there was only quite. I was sitting (or hanging to be exact) comfortably in the harness, and I finally had time to look around me.

I asked my tandem master about several places that I've seen up there, like which one was the Mount Ruapehu (or Mount Doom in the LoTR movie). He pointed one big mountain which was quite far away. So I felt more or less like Gandalf, flying on the big bird and picking up Frodo after he threw the ring at Mount Doom, haha...


"How many times have you done this?" I asked this to my tandem master. I knoooow... I should've asked this before getting on the plane.

"Hmmm... around 1400 times" he replied.

"Oh okay, then I'm really in good hands" I felt relieve.

"But I'm still not good at landing....haha...we'll see...," he mentioned, after asking if I were nervous.

"Ouch! That really helps!!" But somehow I knew that I would be ok. Then I countinued to enjoy the magical view of the great Lake Taupo, the city of Taupo, several mountains, etc. It was really amazing view!

My tandem master made some acrobatic actions, which made me scream a bit. He suddenly manuvered in speed and then release it so it felt like we're falling down without anything holding us from speeding, and it was cool! I like it!

The landing came all too soon. I touched down on the green grass, still feeling nauseous with adrenalin, but wanting to do it all over again....soon, not now! Hahaha...