Saturday, October 30, 2010

Keep it simple, kiddo!

Yesterday, I have this chat with my old good friend. He used to work at the same office with me couple of years ago before taking up a new assignment in Cairo, Egypt. He was (and still is) my guru, the one who often gave me strong criticsm over my writing, but at the same time, he helped me to make it better. My writing is certainly far from good and sometimes when I enjoyed my time at writing, I could hear his voice in my head "Keep it simple, kiddo! What are you trying to say, the sentence is too long - break it down, it doesn't make sense...".

The chat I had with him was really encouraging me. I'm sharing it here to remind myself over and over again in the course of my journey of learning to write well. It is to also share with those of you who love writing and are in the beginning phase of doing it, just like me.

"....
IA: Hey, you web page is good. You should write some books.
Me: My web page? The blog?
IA: Yes, it has a lot of things.
Me: Naaaahh.... way from good!
IA: Yes it is good - and has some story lines. Look at it this way - another way to make some money
Me: Haha...most of them are in bahasa...and those in english are still lousy...
IA: You have imagination thay what people want to read start to write novels you blog page are collection of ideas, dreams, feeling, emotions now put then together and write a novel you can use you blog to collect ideas from others too ...and use them in your stories by adding the more imaginations....get my point ?
Me: You really have that confidence on me, don't you?
IA: Yes I do. Start in bahasa, then brush up english later.
Me: I hope I could share the same confidence...
IA: You should. You're a fighter, remember!
Me: A fighter with bad English..Hehe...Exactly just what my job requires it at best..
IA: Language is a long life learning process. You can start writing children's story books..
Me: That's really difficult
IA: Remember - who (readers) why (they want to read this) where (they want to be) what (they are wishing for) when (in their life) but write for the readers !!! Start...!
Me: You really got me, I start to think of starting it already...
IA: You can start with a normal beginning, then lead into normal Jakarta life, then make a twist (this is where the imagination comes to play and link them into normal life of people) then try to end with a bang (sometime happy sometime sad)
Me: Hey, why don't you write as well? You're really good at writing too... It could be a good change, other then dealing with all the machines, servers, computers...
IA: I can't write...too logical in thought process. Go on, start!
Me: Will do...but sometimes it comes with mood. When I was annoyed of something, then it was just flowing, and I couldn't stop of writing it down..
IA: Yeap, but remember you dont have to do this in one seating, use your BB to record your mood, then play back for your imagination to take over, voice recording , pictures etc. then go wild in your imagination and start writing section / chapter at a time, then link then in story line and flow.
Me: That's what I sometimes did...like in the train, I thought of something, then I typed it on my cell phone...like I was affraid that it will lose. Playing with imagination can be difficult, as I'm not used to it . Sometimes I wish I were sarcastic, that would be so much fun
IA: You can - just dream or go with wishes . example: remember your experience in life . the rest wil just follow one you start / ok may be not the first time but eventually you will get the hand of it
Me: Yes...sometimes when you read it over and over, you can suddenly have ideas to add in between...
IA: Yeap. Next time - you are on bus going home... look at the sights, backgrounds, people, their face, light, smells, etc and wonder off to WHAT they might be thinking and HOW their day have been and WHAT waits then at home...play around with imagination...
Me: Thank you so much for believing in me... I will definately give it a try...it may take a loooong time to finally complete it...but a journey of thousand miles is begun with one single step, right? And...hopefully it would be the one that I'm trying to find as what my passion is in life...
IA: Glad to hear that! Hey, I need to find some food now - hunger is catching up...keep in touch and chat later ~~
Me: Haha...go...go.... !
IA: Have a good weekend...
Me: You too...
IA: Bye for now...
Me: Bye..

To all of my friends (and me)....happy writing! :-)

Saturday, October 16, 2010

Unconditional love? It does exist!

Malam ini saya ingin berbagi suatu tentang seseorang atau dua orang yang bernama orang tua. Kegelisahan saya ini berawal dari pengalaman saya pribadi dan juga beberapa teman yang sempat curhat ke saya, bagaimana frustrasinya mereka menghadapi bokap atau nyokap, atau bahkan keduanya. Ada yang bilang orang tua susah sekali dimengerti, ngga mau ngalah sama anaknya alias selalu mau menang sendiri, merasa paling segalanya, sangat protektif, terlalu menuntut suatu kesempurnaan dan lain-lain.

1. Sulit untuk dimengerti? Pepatah mengatakan “try to put yourself in somebody else’s shoes". Kalau kita bilang susah untuk mengerti orang tua, mungkin kita perlu sekali lagi bertanya pada diri kita, takaran atau standard siapakah yang kita pakai untuk mengerti orang lain itu? Standard kita kah? Kalau iya, berarti selamanya kita ngga akan pernah bisa mengerti orang lain. Kita bisa bilang orang tua tidak mengerti kalau anaknya perlu mengeluarkan pendapat dan ingin memutuskan sesuatu dalam hidupnya. Apakah benar itu? Pernahkah mencoba melihat dari hati dan kacamata mereka? Mungkinkah ada ketakutan dalam diri mereka bahwa kita akan melakukan kesalahan dengan keputusan kita dan akhirnya sengsara sendiri? Tidak semua orang bisa berpikir bahwa kadang seseorang perlu untuk “nyungsep” dulu untuk bisa bangun dan berjalan dengan gagah. Mereka kuatir bahwa hidup akan menyakiti kita ketika yang mereka inginkan hanyalah agar anaknya bahagia. Perlu diingat juga, jaman mereka mungkin berbeda dengan jaman kita, dan ngga semua orang tua hobi nonton CNN atau beredar di Facebook untuk melihat seperti apa kondisi berubah akhirnya apa yang mereka pikirkan dulu adalah valid untuk sekarang.

2. Ngga mau ngalah alias mau menang sendiri? Benarkah? Apakah itu ego dan emosi kita yang berbicara atau benar hati nurani kita yang dengan obyektif menilai saat kehendak kita dan mereka tidak sejalan? Apakah pernah kita mencoba untuk secara tenang dan tulus mendekati, meyakinkan dan memberikan pengertian terhadap mereka? Sehingga kekuatiran yang ada pada diri mereka sirna dan menyetujui apa yang kita ingin lakukan.

3. Merasa paling segalanya? Hohoho..!! Saya yakin ini adalah ego seorang anak yang berbicara. Pada dasarnya setiap orang memiliki naluri untuk selalu dapat merasa lebih dari yang lainnya. Lebih keren, lebih seksi, lebih pintar dll. Sesuatu yang wajar, jika tidak berlebihan dan tidak menyakiti sesama. Begitupun orang tua yang notabene adalah manusia biasa. Pada saat kondisi seperti ini, sebenarnya bisa kita manfaatkan. Benarkan mereka sehingga mereka merasa ego nya terpenuhi, kemudian kita bisa masuk untuk secara pelan ”merasuki” ide kita dalam pikiran mereka. Maka biasanya, mereka akan dengan suka hati membenarkan ide kita. Tergantung bagaimana cara kita memainkan peran kita. Ngga berhasil sekali? Coba lagi dan lagi, jika kita merasa itu adalah ide yang kayak diperjuangkan.

4. Protektif? Bukankah hal itu yang kita juga lakukan pada seseorang yang kita sayangi, baik sadar atau tidak? Orang tua adalah mereka yang memiliki kekayaan pengalaman hidup yang jauh lebih banyak dari kita dan mengetahui gimana hidup dapat sedemikian keras terhadap siapapun. Dan naluri sebagai orang tua yang mendorong mereka untuk seperti itu. Simply hanya untuk menjaga anaknya. Jika kadarnya sudah membuat kita cukup jengah dan gerah, yuk kita bertanya pada diri kita, apakah kita juga sudah cukup memberikan alasan yang kuat untuk menenangkan hati mereka? Bahwa kita akan baik-baik saja? Ataukah memang benar ketakutan mereka beralasan. Kita mau clubbing hingga pagi hari, tanpa mereka mengenal teman-teman kita, seperti apakah dunia clubbing itu, bagaimana transportasi pulang dan pergi ataukah memang benar kekuatiran mereka beralasan? Narkoba? Resiko kriminalitas yang mengancam? Apakah naruni tulus kita sanggup untuk menilai ini, naruni tanpa kekerasan ego?

5. Tuntutan suatu kesempurnaan? Siapapun di dunia ini pasti sadar bahwa prinsip ’nobody’s perfect’ itu benar adanya, lepas apakah itu akhirnya menjadi pembenaran atas kesalahan yang kita lakukan. Saya pribadi lebih percaya pada proses yang terbentuk dalam menuju suatu ”kesempurnaan”, bagaimana dalam setiap tahap proses tersebut, kita tumbuh dan berkembang, memacu untuk menjadi semakin baik. Mungkin inilah yang juga dirasakan oleh orang tua kita. Mencoba mendorong anaknya menjadi lebih dan lebih baik, tidak pernah berhenti.

Saat ini pasti yang terpikir di ”golongan anak” adalah saya yang terlalu memihak dan membenarkan orang tua (selain sok tahu tentunya). Sebenarnya ngga juga. Saya sadar sepenuhnya prinsip nomor 5 di atas. Namun saya juga sangat percaya dengan segala kelemahan orang tua sebagai manusia biasa, segala cara mereka yang mungkin sulit untuk kita pahami...saya percaya bahwa tidak ada cinta apapun sebesar cinta orang tua ke anaknya! Totally unconditional love! Namun, sayangnya saya mengetahui itu di saat semua sudah terlambat. Tidak ada kesempatan lagi untuk saya untuk juga belajar mengerti dan memahami orang tua saya dengan segala kekuatiran dan kelemahan mereka. Bahkan sedetikpun untuk dapat bilang kalau saya menyayangi mereka.

Jadi untuk teman-teman yang masih memiliki kesempatan itu, manfaatkanlah! Jangan pernah menunggu sedetikpun. Jangan sampai penyesalan yang saya miliki menimpa teman-teman juga. Percayalah, by the end of the day, segala perseteruan itu, segala kekesalan dan kemarahan kita tidak akan berarti! They do not matter at all!

**buat yg protes, iyaaa deeeeh...next time, I'll try put it from the point of view of the children ya...depend upon my mood, of course...hehehe...