Friday, November 20, 2015

Suatu siang di sebuah rumah sakit di Penang

Tulisan ini baru saya temukan di HP yang ternyata saya buat sekitar 3 tahun lalu dalam perjalanan saya ke Penang, Malaysia untuk general check up. Dalam kebosanan menunggu panggilan dari satu dokter ke dokter lain, dari satu tes ke tes lainnya, saya menemukan keasikan dalam memperhatikan orang-orang di sekeliling saya.


Maaf yak, sekiranya kalimat demi kalimat terasa membosankan, plus tidak ada gambar atau foto pendukung :) Tulisan ini merupakan gambaran atas apa yang saya lihat menarik. Ada nilai dan perasaan yang mendalam, yang tersampaikan lewat bahasa tubuh orang-orang yang saya lihat. Monggo silakan dibaca dan semoga tidak ketiduran di tengah bacaan :)


Ada seorang ibu berkaca mata yg duduk terdiam di sudut ruang tunggu pasien. Mengenakan kemeja putih bersih dan rok lebar berwarna biru pupus, ia memejamkan mata dan mengatupkan tangan di dada dengan mulut komat kamit memanjatkan doa. Matanya terpejam. Ia seolah menyatu dalam panjatan doa yang dibungkus dengan begitu kuatnya pengharapan akan terkabulnya doa tersebut. 

Di seberang tempat duduk ibu tersebut, ada seorang pria tua di kursi roda berkemeja kotak-kotak hijau dan biru, serta celana pendek berwarna khaki. Usianya mungkin sekitar 60 tahunan. Tatapannya kosong menatap ke depan, tangannya lemah memegang plastic kresek putih bertuliskan nama sebuah apotik. Di sampingnya, seorang wanita muda, mungkin anaknya, terus membisikkan sesuatu di dekatnya dengan tangan kanannya menggenggam lengan sang bapak, mungkin memberikan kekuatan. Sementara seorang wanita paruh baya, mungkin istri bapak itu, merangkul bahu sang bapak dan menopangkan dagunya di pundak, seperti ingin memberikan rasa aman dan tenang pada sang bapak. Atau mungkin ia yang mencoba mencari kekuatan dari bapak itu.

Ada seorang suami istri berusia sekitar 50 tahun, bergandengan tangan menuju deretan bangku di ruang tunggu dokter tulang. Sang suami menjinjing tas coklat istrinya dan tak lama mereka duduk berdampingan dengan lengan sang istri tetap bergelayut di lengan suami, seakan entah mencari atau memberi kekuatan. Keduanya duduk terdiam menunggu giliran dipanggil masuk ke ruang dokter.

Seorang pemuda India berkemeja biru tua duduk menopangkan tangan di lututnya, tatapannya kosong menatap lantai. Ia sendiri dan termenung. Kesedihan, kebimbangan dan keputusasaan tergurat di wajahnya.

Suster-suster berseragam rok terusan selutut berwarna biru muda dengan jaket tanpa lengan berbahan wol berjalan gesit ke sana kemari, memanggil pasien, menyerahkan laporan ke counter, menghubungi bagian lab, dll. Itu mungkin sebabnya mereka semua mengenakan sepatu keds hitam, yang memudahkan mereka bergerak lebih nyaman. Suara mereka lantang dgn gaya bicara yang sangat cepat, secepat mereka berganti bahasa dari/ke Melayu, Inggris, Mandarin dan India, menyesuaikan dengan pasien. Luar biasa!

Seorang ibu muda mencoba menenangkan putrinya yang lincah berlarian di sepanjang lorong rumah sakit. Sang putri dengan kaus pink bergaris hijau muda dan ungu serta rok bewarna senada terlihat riang dengan sebuah boneka beruang putih kecil di tangannya. Sang ibu berulang kali memperingatkan sang putri untuk tidak berlarian dan berteriak-teriak, namun tidak begitu sukses usahanya.

Seorang dokter jantung, pria berusia sekitar 35 tahun dengan jas putih panjangnya keluar dari ruang prakteknya dengan langkah tergesa-gesa menuju lift. Wajahnya begitu tegang. Sepertinya ada kejadian gawat darurat yang harus segera ditangani.

Sepasang anak muda berusia sekitar 30 tahun dengan saling bergandeng tangan keluar dari ruang praktek seorang kardiolog. Senyum lebar menghias wajah keduanya. Sang wanita berkata sesuatu dengan riangnya, dan sang pria menanggapi dengan senyum dan gelak ringan yang tak kalah menyiratkan sukacitanya.

Seorang gadis muda dengan celana jeans 3/4, bersepatu sandal karet biru muda dan kaus tangan panjang pink, duduk di pojokkan dengan hp di tangan. Jari-jari kedua tangannya terlihat lincah mengetik, dengan sesekali wajahnya mengamati sekelilingnya. Ia seakan mencoba merekam semua yang terjadi di sekelilingnya dalam sebuah aplikasi memo pad. Kadang ia tersenyum sendiri, sebelum kemudian menatap sendu dan kemudian merengutkan wajah mencoba menebak dan mengerti apa yang ia lihat. Wanita itu terlihat relaks tapi tetap siaga akan panggilan sewaktu-waktu dari suster di ruang praktek ortopedik. Wanita itu adalah saya... :)

Buat saya berada di suatu tempat umum / fasilitas publik selalu menawarkan pemandangan yang menarik, khususnya tentang manusia.

Tak terhitung banyaknya cerita yang tersimpan di balik segurat senyuman, atau dalam sebuah lamunan, tatapan mata kosong, genggaman tangan, pelukan di bahu, gelak sukacita, teriak amarah dan lain-lain.  Tak terlampaui kilatan masa yang terjadi dalam cerita tersebut. Tak mampu terekam sosok yang pernah hadir dan pergi dalam rentang masa tersebut.

Siang itu, berpindah dari ruang tunggu pasien ke ruang tunggu lain di rumah sakit itu, saya melihat setiap sudut seakan menjadi tempat berkumpulnya harapan, kesedihan, kehilangan, keputusasaan namun juga kebahagiaan akan menemukan suatu asa, yg setipis apapun tetaplah keindahan hidup.

Ya, hiduplah ada misteri dengan berjuta cerita. Baik? Buruk? Tidak ada yang tahu.



No comments: