Perjalanan dari KL menuju Tianjin memakan waktu sekitar 6 jam, yang kami habiskan dengan tidur – balas dendam tidur semalam yang hanya 4 jam! Pesawat AirAsia X lumayan penuh.
Sekitar pukul 14.30 kami landing di Tianjin dengan perasaan excited banget. Yaaay! Finally! We landed in the land where there lies a sleeping giant who can move the world, according to Napoleon!
Beihai International Airport di Tianjin jauh dari perkiraan kami. Airport itu sangat modern dan benar-benar mencerminkan airport sekelas internasional. Antrian di imigrasi ternyata cukup panjang namun loket yang di buka cukup banyak sehingga kami hanya menghabiskan waktu sekitar 15 menit. Petugas imigrasi sangat teliti. Mereka bener-bener ”memelototi” muka kita saat menyamakan foto di paspor dengan ”produk aslinya”. Jika kebetulan mata kita lagi ”jalan-jalan” melihat sekeliling, mereka akan dengan galaknya memanggil ”Hello!! Hello, miss!!”.
Namun, satu hal yang paling indah di dengar pada saat kita di imigrasi, tidak peduli di negara manapun, adalah bunyi ”cetok...!!” saat stempel imigrasi dibenamkan di paspor kita! Mari silahkaaaannn....:-)
Karena tidak ada bagasi, kami langsung melenggang ke arah pintu keluar, namun toilet menjadi tempat singgah kami dulu. Salah satu enaknya travelling dengan teman adalah kita bisa gantian menjaga bagasi, jadi ngga perlu repot gedubrakan bawa tas atau koper ke dalam toilet. Ketika kami di depan toilet, seorang cewek yang sepertinya travelling sendirian menghampiri dan bertanya ”are you going to Beijing? How do you plan to go there? Can I come with you?”. Dan kami menjawab ”yes, we are going to Beijing by bullet train. Sure, you can come with us. Let’s go!”
Dan dia kemudian bertanya “Where are you from?”. Dan saat kita menjawab “Indonesia”, spontan dia tertawa dan bilang “Halaah, dari Indonesia juga ternyata”. Hahaha…orang sekampung ternyata!
Kami agak bingung ketika sampai di stasiun Tianjin karena tidak ada halte atau tempat penurunan resmi. Kami berjalan mengikuti arus orang-orang menuju suatu bangunan besar dan modern, yang ternyata stasiun!
Sampai di dalam stasiun, kami bingung lagi karena semua tulisan di papan menggunakan huruf cina. Haiyaa! Pegimana ceritanya ini?? Makin bingung karena petugas loket sangat terbatas bahasa Inggrisnya. Tapi setelah berakrobat dengan bahasa tarsan, akhirnya kami bisa mendapatkan tiket seharga RMB56 (Rp72,000) untuk sekali jalan ke Beijing. Kereta akan berangkat jam 5, berarti masih satu jam lagi. Kami naik ke lantai dua dan cukup takjub dengan ruang tunggunya yang cukup besar dan ada beberapa gate untuk boarding ke kereta. Sambil menunggu waktu boarding, kami foto-foto dan tidak menyadari bahwa tiket saya jatuh dan secepat jatuhnya, secepat itu pula tiket itu hilang dan secepat itu pula kami dikelilingi oleh para janitors yg berbicara dalam bahasa lokal dan sepertinya menawarkan jasa mencari tiket itu asal kami membayar mereka. Ah, daripada bayar mereka, mendingan saya beli tiket baru. Apes!
To be continued with more stories of my journey in China separately.... depending on the writer's mood to write :-)
Bener lho... nulis itu tergantung sama mood - well, at least for me :-)
No comments:
Post a Comment